Monday, November 25, 2019

Spiritual Journey - Pekerja Proyek


Pekerja Proyek

Menjelang Maghrib datang 6 orang mencari kamar kost. Sepertinya mereka adalah pekerja dari salah satu proyek yang sedang dikerjakan di sekitar sini. Mereka datang naik mobil pick up proyek dengan membawa beberapa peralatan kerja yang dimasukkan dalam beberapa karung besar selain beberapa ransel dan tas yang tampak kumal. Si empunya kost menempatkan persis di sebelah kamar kami karena memang hanya ini satu-satunya petak yang masih belum terisi.

Enam orang berjubel dalam satu rumah petak dengan satu kamar, satu ruang tengah, satu dapur dan satu kamar mandi. Luasnya tak lebih dari 25 meter persegi. Hari-hari disini biasanya tenang tanpa suara. Kami membayangkan pasti setelah ini suasana akan berubah drastis.

Malam pertama, karena lelah setelah melakukan riding seharian, kami memilih tidur cepat setelah Isya’. Tak terasa gangguan suara apapun. Pukul 02.30 seperti biasa saya sudah bangun. Saya membuka jendela. Terdengar suara dengkuran yang nampaknya dekat sekali dengan jendela ruang tengah kami. Iseng saya membuka pintu dan keluar melihat suasana sekitar. Tampak seorang tidur meringkuk tanpa alas di teras depan kamar kostnya.

Barangkali karena malam ini suhu udara terasa panas sekali, pintu rumah petaknya dibuka lebar. Tampak dua orang tidur di ruang tengah , juga tanpa alas apapun. Semua jendela juga terbuka. Barangkali ketiga temannya yang lain tidur di dalam kamar. Saya tak bisa melihatnya karena terhalang kain gorden yang terpasang menutup jendela kamar.

Malam kedua setelah shalat Isya’ suasana ternyata juga sepi seperti biasanya. Tampaknya mereka semua kelelahan hingga tidur cepat. Malam ini suhu udara agak dingin karena hujan turun sebentar saat sore hari. Sewaktu berjalan ke masjid untuk shalat Subuh, saya melihat pintu rumah petak mereka terbuka lebar. Tampak tiga orang pekerja proyek tertidur pulas di lantai ruang tengah, masih tanpa alas apapun. Pagi hari sebelum saya berangkat kerja, mereka sudah berangkat terlebih dahulu. Besar kemungkinan mereka belum sarapan saat meninggalkan kostan.

Kami belum banyak berinteraksi, sehingga belum banyak yang saya tahu tentang mereka. Tetapi yang terlihat di mata saya tampaknya mereka orang-orang yang benar-benar bekerja keras untuk mencari nafkah.

Tiba-tiba muncul rasa syukur dalam hati saya. Meski sama-sama tinggal di rumah petak tapi hidup saya tampaknya lebih mudah. Tidur saya lebih nyaman meski hanya dengan kasur lipat setebal 5 centi. Makan saya lebih teratur karena saat pagi hari sudah siap sarapan ala vegetarian yang sehat buatan istri tanpa harus repot membeli sarapan di warung. Pakaian seragam selalu tercuci bersih dan rumah petakpun terurus rapi. Setiap hari bisa bercengkerama dengan belahan jiwa, sementara mereka tinggal berjauhan dengan pasangan atau keluarganya.

Syukuri apa yang ada pada kita. Selalu melihat ke bawah untuk urusan dunia. Jangan lupa selalu berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.

Jangan pernah tinggalkan shalat !
Jangan pernah tinggalkan shalat !
Jangan pernah tinggalkan shalat !


Purwakarta, 26 November 2019

No comments:

Post a Comment