Pekerja Proyek
Menjelang Maghrib datang 6
orang mencari kamar kost. Sepertinya mereka adalah pekerja dari salah satu proyek
yang sedang dikerjakan di sekitar sini. Mereka datang naik mobil pick up proyek
dengan membawa beberapa peralatan kerja yang dimasukkan dalam beberapa karung
besar selain beberapa ransel dan tas yang tampak kumal. Si empunya kost
menempatkan persis di sebelah kamar kami karena memang hanya ini satu-satunya petak
yang masih belum terisi.
Enam orang berjubel dalam
satu rumah petak dengan satu kamar, satu ruang tengah, satu dapur dan satu
kamar mandi. Luasnya tak lebih dari 25 meter persegi. Hari-hari disini biasanya
tenang tanpa suara. Kami membayangkan pasti setelah ini suasana akan berubah drastis.
Malam pertama, karena lelah setelah
melakukan riding seharian, kami memilih tidur cepat setelah Isya’. Tak terasa gangguan
suara apapun. Pukul 02.30 seperti biasa saya sudah bangun. Saya membuka
jendela. Terdengar suara dengkuran yang nampaknya dekat sekali dengan jendela ruang
tengah kami. Iseng saya membuka pintu dan keluar melihat suasana sekitar.
Tampak seorang tidur meringkuk tanpa alas di teras depan kamar kostnya.
Barangkali karena malam ini
suhu udara terasa panas sekali, pintu rumah petaknya dibuka lebar. Tampak dua
orang tidur di ruang tengah , juga tanpa alas apapun. Semua jendela juga
terbuka. Barangkali ketiga temannya yang lain tidur di dalam kamar. Saya tak
bisa melihatnya karena terhalang kain gorden yang terpasang menutup jendela kamar.
Malam kedua setelah shalat
Isya’ suasana ternyata juga sepi seperti biasanya. Tampaknya mereka semua
kelelahan hingga tidur cepat. Malam ini suhu udara agak dingin karena hujan turun
sebentar saat sore hari. Sewaktu berjalan ke masjid untuk shalat Subuh, saya
melihat pintu rumah petak mereka terbuka lebar. Tampak tiga orang pekerja
proyek tertidur pulas di lantai ruang tengah, masih tanpa alas apapun. Pagi
hari sebelum saya berangkat kerja, mereka sudah berangkat terlebih dahulu. Besar
kemungkinan mereka belum sarapan saat meninggalkan kostan.
Kami belum banyak
berinteraksi, sehingga belum banyak yang saya tahu tentang mereka. Tetapi yang
terlihat di mata saya tampaknya mereka orang-orang yang benar-benar bekerja
keras untuk mencari nafkah.
Tiba-tiba muncul rasa syukur
dalam hati saya. Meski sama-sama tinggal di rumah petak tapi hidup saya
tampaknya lebih mudah. Tidur saya lebih nyaman meski hanya dengan kasur lipat
setebal 5 centi. Makan saya lebih teratur karena saat pagi hari sudah siap
sarapan ala vegetarian yang sehat buatan istri tanpa harus repot membeli sarapan
di warung. Pakaian seragam selalu tercuci bersih dan rumah petakpun terurus
rapi. Setiap hari bisa bercengkerama dengan belahan jiwa, sementara mereka
tinggal berjauhan dengan pasangan atau keluarganya.
Syukuri apa yang ada pada
kita. Selalu melihat ke bawah untuk urusan dunia. Jangan lupa selalu berbagi
dengan mereka yang kurang beruntung.
Jangan pernah tinggalkan
shalat !
Jangan pernah tinggalkan
shalat !
Jangan pernah tinggalkan
shalat !
Purwakarta, 26 November 2019
No comments:
Post a Comment