Wednesday, July 26, 2017

Spiritual Journey - Sahabat Dalam Kebaikan

Sahabat Dalam Kebaikan.

Beberapa hari yang lalu, saya bersilaturahim kepada teman-teman yang sudah hampir setahun tidak pernah bertemu. Pertemuan ini saya sengaja, karena saya merasa paling tidak terhubung dengan teman-teman serombongan dulu. Ketika kami masih bersama di tanah suci, saya banyak mendengar tentang kegiatan mereka sehari-hari. Mayoritas profesi mereka adalah petani. Rata-rata mereka orang-orang yang sederhana.

Setelah menelepon salah satu teman yang hendak saya datangi, saya meminta diberikan gambaran alamat tempat tinggalnya. Beliau selalu sekamar dengan saya sejak di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, sekamar di hotel di Madinah hingga sekamar di hotel di Mekah. Meski sedikit agak jauh tapi mudah saja bagi kami bertemu.

Sesampai di rumah beliau, gambaran tentang tempat tinggal beliau yang ada di benak saya tidak jauh berbeda dengan kenyataan yang ada di hadapan saya. Di samping rumah terdapat sebuah musholla kecil tempat beliau mengajar anak-anak mengaji di sore hari. Yang membuat agak surprise bagi saya adalah masih terpasangnya sebuah banner / spanduk di depan rumah bergambar kegiatan pengajian.

Setelah duduk di ruang tamu, saya mendengar penuturan dari beliau dan ibundanya yang membuat saya semakin kagum. Beberapa cerita itu antara lain :

1. Sebenarnya masa tunggu antrian keberangkatan haji beliau adalah 14 tahun. Tapi Allah mengundang dan memberangkatkan beliau ketika baru antri 3 tahun saja. Saya tidak bertanya detail perihal ‘percepatan pemberangkatan’ tersebut. Pada saat mendengar kabar bahwa beliau harus berangkat tahun lalu, beliau terpaksa meminjam kepada kerabat untuk sekedar berjaga-jaga. Alhamdulillah, hingga kembali di tanah air, rupanya amplop berisi uang tersebut masih utuh, tidak berkurang sedikitpun.

2. Semenjak datang dari tanah suci, beliau sudah beberapa kali mengadakan pengajian besar dan membiayai sebagian besarnya dengan dana pribadi. Dan mubaligh yang diundang tidak tanggung-tanggung bahkan ada yang datang dari negeri Yaman. Perihal ini saya tambah kagum lagi. Tidak bisa membayangkan bagaimana beliau mengorganisir acara tersebut hingga bisa berlangsung lancar, sementara beliau -mohon maaf- untuk berbicara dan menulis saja menurut saya kurang lancar (karena faktor pendidikan). Selain itu dalam hati saya juga bertanya dari mana asal semua biaya itu?

3. Di tengah perbincangan beliau bercerita tentang sebidang tanah dengan pemandangan yang indah. Terletak di atas gunung menghadap ke Selat Bali. Saya tertarik untuk melihatnya...

Setelah cukup lama berbincang, pergilah kami melihat tanah yang beliau ceritakan saat di rumah tadi. Sesampai di lokasi, ternyata wow... sungguh sebidang tanah yang indah. Di sanalah banyak pertanyaan yang menggelayut dipikiran saya akhirnya terjawab.

Tanah tersebut adalah warisan yang baru beliau terima dari neneknya yang baru meninggal. Pemandangan dari atas bukit sedemikian indah, hingga sayapun berfikir untuk ‘nempil’ (membeli sebagian kecil saja).

Hemm.. Rupanya hari itu adalah hari penuh kejutan. Tanah tersebut ternyata harganya Rp 1,2 Milyar. Jumlah yang menurut saya sangat fantastis, ketika saya berencana untuk ‘nempil’ tanah senilai Rp 40 juta saja untuk membuat pondok kecil di situ. Ternyata tanah tersebut sudah dijual ke orang Bangladesh. Si pembeli sampai sekarang juga masih tinggal di Bangladesh.

Lagi-lagi saya tak habis pikir bagaimana caranya kok bisa kenal dengan orang Bangladesh. Si pembeli sudah memberi DP 50%. Di tanah tersebut beliau juga sudah membangun sebuah rumah kecil dan Gazebo cukup lapang. Beliau juga sudah pernah membuat acara pengajian berskala cukup besar di atas tanah tersebut.

Dari situlah saya akhirnya saya membayangkan, bagaimana Allah membuka keberkahan untuk hambanya. Meskipun hanya Allah yang tahu, apa yang saya dengar, lihat dan rasakan adalah sebagian dari tanda mabrurnya haji beliau, insya Allah.

Berbicara tentang rejeki yang barokah, bukan hanya tentang cara perolehannya harus halal, tetapi lebih penting dari itu adalah bagaimana cara membelanjakannya agar benar-benar untuk jihad fii sabilillah, dalam rangka beribadah kepada Allah.

Semoga bermanfaat.

Banyuwangi, 27 Juli 2017.

No comments:

Post a Comment