Pilih Menjadi Penjual Sosis Bakar atau Penjual Mie Ayam?
Seorang penjual mie ayam mendorong
gerobaknya setiap sore melintas di jalan kampung kami. Perawakannya besar,
berusia sekitar 55 tahun-an. Sesampai di Pos Kamling, biasanya beliau memarkir
gerobaknya sambil menunggu pembeli. Sering saya temukan, beliau berhenti di
situ beberapa menit menjelang adzan Maghrib dikumandangkan.
Pos Kamling ini terletak tepat di
depan pintu masjid, berjarak sekitar 10 meter saja. Pos Kamling ini dilengkapi
dengan TV 29 inch. Gambarnya cukup jernih, tak heran jika ada tayangan
pertandingan sepak bola, beberapa orang menontonnya di sini.
Jika penjual mie ayam tadi adalah
pedagang yang mobile dengan gerobaknya, ada juga penjual sosis bakar yang diam
/ mangkal di pos kamling menggunakan meja dan panggangan sosis. Pembeli kedua
penjual makanan ini kebanyakan anak-anak atau remaja yang tinggal di sekitar
Pos.
Adzan Maghrib berkumandang. Penjual
mie ayam meninggalkan gerobaknya di samping lapak penjual sosis bakar. Tangan
kanannya menggenggam sarung yang dilipat dan berjalan menuju tempat mengambil
air wudlu. Selesai berwudlu beliau menggantinya celana panjangnya dengan sarung
lalu memasuki masjid. Beliau biasa mengambil posisi di shaf kedua. Setelah
selesai menunaikan shalat Maghrib berjamaah, saya juga memperhatikan beliau
juga biasa melakukan shalat sunah rawatib sebelum keluar masjid kembali ke
gerobak mie ayamnya.
Shalat Maghrib berjamaah telah usai.
Di Pos depan masjid beberapa anak muda masih asik menonton pertandingan bola
dan penjual sosis bakar masih mengipaskan kipas bambunya melayani para pembeli.
Begitulah hidup di dunia, orang bebas
memilih apa ingin dia lakukan. Sementara kelak di akhirat kita tidak bisa
memilih lagi. Apa yang akan dapatkan kelak di akhirat tergantung apa yang kita
lakukan selama hidup di dunia.
Allah itu Maha Adil...Fair, tidak seperti wasit pertandingan bola yang seringkali tidak fair.
Purwakarta, 18 Oktober 2019
No comments:
Post a Comment