Tetanggaku Seorang Musisi
Setelah seminggu tinggal di mess, dari ketujuh orang yang lain, tersisa seorang saja yang belum berkenalan. Bukan karena tidak pernah bertemu, tetapi entah mengapa saya merasa segan. Beliau tidak pernah banyak bicara dan jarang terlihat berinteraksi dengan yang lain di ruang TV. Dalam beberapa kesempatan saat beliau duduk sendiri sambil minum kopi di ruang makanpun, saya malah menghindar tidak melewati ruang makan saat hendak menjemur handuk. Meski itu berarti saya harus berjalan sedikit memutar.
Hari Sabtu. tersisa saya dan beliau saja yang tinggal di mess. Teman yang lain sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Mengisi waktu dalam kesendirian jauh dari keluarga bukan perkara mudah. Semua kegiatan selingan harus dilakukan agar tidak dilanda kejenuhan. Saya membawa gitar kecil yang dikirim dari Banyuwangi dan membawanya ke ruang TV. Saya tidak memainkannya dengan keras, sekedar melemaskan jari-jari karena sudah lama tidak bermain gitar.
Barangkali suara gitar ini menembus dinding kamar beliau. Suara sandal jepit terdengar mendekati ruang TV. Benar saja, tetangga sebelah kamar akhirnya mendatangi ruang TV. Matanya memandang ke arah gitar yang saya pegang. Belum juga beliau duduk saya langsung menyodorkan gitar ke arahnya. Beliau menyambut dan mengambil tempat duduk di kursi di sebelah kanan saya. Gitar lele (istilah yang biasa digunakan untuk menyebut gitar kecil – gitar ukulele) memang tampak agak kurang pas bagi tangan laki-laki dewasa. Tapi di tangan beliau gitar ini masih dimainkan dengan asik, lebih asyik dibanding ketika pemiliknya yang memainkannya.
“Nama Bapak siapa?” Tanya saya membuka pembicaraan. “Rudi”, sahutnya. Sayapun mengulurkan tangan sambil memperkenalkan diri. Pembicaraan mengalir lancar, apalagi setelah beliau menyebut kelahiran kota Malang. Gitar kecil masih dimainkannya, sama seperti ketika di tangan saya, beliau seperti hanya melemaskan jari-jari saja. Perbincangan semakin akrab ketika masuk ke topik hobi. Rupanya beliau dulu pernah menjalani profesi sebagai musisi selama 15 tahun, tepatnya sebagai seorang gitaris dari group yang biasa main di CafĂ© dan Club. Pantas saja main gitarnya asik. Selain musik, beliau juga pakar fotografi sambil menunjukkan hasil bidikannya di akun Instagram. Bicara soal riding nyambung juga. Motornya sama dengan motor yang saya miliki.
Obrolan menjadi lebih seru ketika berbincang tentang era musik 80-an, saat musik Rock menguasai industri musik di Indonesia. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh pernyataan beliau, “Saya adiknya Toto Tewel”. “Oh ya, adik kandung pak?,” tanya saya menyelidik seperti anak kepo. Kemudian saya bertutur, “Semenjak tinggal di mess, karena ada Wifi gratis, saya jadi tidak pernah lepas dari Youtube. Dan pada dua hari terakhir saya terus-terusan memutar semua video Toto Tewel dan Elpamas. Sungguh.” Sebuah kebetulan yang unik.
Meski selain obrolan tentang hobi kami juga sempat berbincang tentang pekerjaan, tetapi obrolan santai soal musik, fotografi dan riding yang kami berdua sama-sama sukai ternyata lebih mudah menautkan hati.
No comments:
Post a Comment