Bagian 2 – Gak Mau Shalat di Masjid
Dari keempat anak Pak Haji, hanya seorang saja yang perempuan. Anak ketiga yang perempuan ini sudah menikah dan tinggal bersama suami serta anaknya di kota. Secara ekonomi tampaknya paling mapan, persis seperti cerita pak Haji kepada saya. Sedang ketiga anak yang lain adalah laki-laki yang sudah dewasa, si sulung sudah menikah dan kedua adiknya masih membujang. Dari keempat orang laki-laki di rumah tersebut (Pak Haji dan ketiga anak lelakinya), hanya anak pertama saja yang berpenghasilan. Pak Haji dan dua anaknya yang lain boleh dibilang tidak bekerja. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya mereka memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Namun begitu Pak Haji tidak lepas selalu bersyukur, menurut beliau ada saja jalan rejeki yang diberi oleh Allah sehingga mereka tidak pernah sampai kelaparan.
Diceritakannya kepada saya dengan nada yang agak bergetar, betapa beliau sangat ingin kedua anaknya yang masih menganggur untuk bisa segera bekerja. Beliau juga ungkapkan perasaan jengkel karena kedua anak lelakinya agak malas melaksanakan shalat. Saat Subuh biasanya dibangunkan bapaknya dan diajak ke masjid, tetapi selalu menjawab, “Saya shalat di rumah saja”. Tapi itupun ternyata tidak dilakukannya juga. Biasanya hingga bapaknya pulang dari masjid anaknya masih saja tetap tidur.
Poin inilah yang akhirnya menjadi topik kami selanjutnya. Saya prihatin, karena memang hanya anak pertamanya saja yang sesekali tampak melakukan shalat berjamaah di masjid. Rumah pak Haji hanya berjarak sekitar 30 meter saja dari masjid. Beberapa kali si sulung berbincang dengan saya tentang masalah pekerjaan dan ibadah. Saya selalu menyemangatinya agar dia terus bekerja meski hasilnya mungkin belum maksimal. Biasanya juga saya selipkan pesan agar dia jangan sampai meninggalkan shalatnya di tengah pekerjaannya yang cukup berat.
Ketika seseorang tidak memenuhi hak Allah dalam arti dia tidak memenuhi kewajibannya khususnya shalat lima waktu dengan baik, biasanya Allah akan menahan rejekinya. Dia akan memberinya beberapa masalah hingga dadanya terasa terhimpit. Meski begitu, ketika berbicara tentang shalat tentu ini bukan hanya tentang masalah rejeki saja. Tetapi lebih dalam dari itu, shalat adalah kewajiban paling utama yang mau tidak mau harus kita lakukan selama kita masih hidup dan pikiran kita masih sadar. Bahkan saat sakitpun, selama pikiran kita masih sadar, kita tetap harus melakukannya. Bagi laki-laki ada bonus kewajiban tambahan. Beberapa ulama berpendapat wajib hukumnya laki-laki melaksanakan shalat dengan berjamaah di masjid.
Beberapa kalimat penyemangat saya sampaikan kepada Pak Haji agar tidak putus asa untuk mengajak anaknya rajin beribadah. Kamipun berpisah jalan.
Sambil melangkah pulang, pikiran saya melayang kepada anak-anak saya yang hidup mandiri nun jauh disana. Saya berdoa kiranya Allah selalu menjaga keistiqomahan mereka dalam beribadah, serajin saat mereka bersama bapak ibunya di sini.
Hidup tidak berakhir disini. Hidup ‘disana’ nanti jauh lebih penting untuk kita pikirkan.
Purwakarta, 09 Desember 2019
No comments:
Post a Comment