Tuesday, December 10, 2019

Spiritual Journey - Pak Medi


Pak Medi.

Namanya Pak Medi. Beliau adalah imam masjid Al Falah di kampung kami. Meski kami sering bertemu saat shalat berjamaah, tetapi hanya sekali saja saya berbicara langsung dengan beliau. Sosoknya pendiam. Tidak banyak yang saya ketahui tentang beliau selain pekerjaannya sehari hari sebagai Tukang Bangunan. Usianya barangkali sekitar 45 tahunan atau kurang. Motornya Honda Vario 125 dan memiliki seorang anak yang masih kecil.

Saya suka saat beliau menjadi imam shalat. Bacaannya cukup bagus. Beliau sering membaca surah-surah pendek yang banyak dihafal oleh makmumnya. Memimpin shalat dengan tuma’ninah, tidak seperti ‘teman masjid’ yang lain yang biasanya suka ngebut kalau sedang didaulat menjadi imam shalat. Biasanya beliau juga sering diminta oleh warga disini untuk memimpin acara tahlilan atau acara lain yang semacam itu, karena lingkungan disini memang masih kental dengan kearifan lokalnya.

Tapi yang menjadikan saya lebih kagum, respek, salut, entah apalagi lainnya, adalah cara beliau berpakaian saat pergi ke masjid. Saya sering bercerita kepada istri saya tentang masalah ini setiap pulang dari masjid. Beliau memiliki entah berapa banyak sarung dan baju koko. Perkiraan saya barangkali lebih dari 10 stel. Sarungnya bagus-bagus. Baju koko yang dipakainya selalu dipilih yang matching dengan warna sarungnya. Sarung dan baju koko yang dipakai hampir setiap hari ganti, kalau tidak dua hari. Tapi hampir pasti, tidak pernah beliau memakai sarung yang sama lebih dari dua hari.

Inilah yang saya maksudkan. Ketika hendak bertemu dengan Allah betapa Pak Medi memberi penghormatan yang begitu luar biasa dalam berpakaian (mengingat sosoknya yang sederhana). Sedangkan saya.. hemm.. saya tidak bisa menyebutkannya. Meskipun saya sudah berusaha ‘sopan’ dengan memakai sarung, baju koko dan peci, tetapi jujur penghargaan saya terhadap diri sendiri saat menghadap Allah masih kurang. Jika punya rejeki buat beli baju, yang terpikir masih seputar celana jeans, jaket, sepatu kets, yang semacam itu. Belum pernah memprioritaskan untuk pakaian untuk shalat.

Terkait shalat, meski sebagian dari syarat sahnya shalat adalah menggunakan pakaian yang bersih dan suci serta menutup aurat, betapa saya masih sering mendirikan shalat dengan pakaian sekenanya saja. Apalagi saat pagi hendak berangkat riding hari Sabtu atau Minggu pagi. Seringkali saya shalat Subuh dengan celana jeans dan T-Shirt (pakaian tempur jalanan) saja, karena pengen buru-buru langsung ngegas selepas salam. Begitu banyak hal yang harus saya perbaiki, apalagi berkenaan dengan ibadah kepada Allah dalam urusan yang lebih besar seperti akidah dan akhlak.

Begitu banyak contoh baik yang bisa kita tiru dari siapapun di sekitar kita. Tetapi kerasnya hati ini seringkali menghalangi kita untuk melakukannya.

Mari segera kita perbaiki diri, mumpung masih ada waktu. Persiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk bertemu denganNya.

Karena kita pasti akan menemuiNya..
Karena kita pasti akan menemuiNya..

Purwakarta, 10 Desember 2019

No comments:

Post a Comment